Sabtu, 13 Maret 2010

(4) Kebudayaan Jawa

Suku bangsa Jawa, adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Jumlahnya mungkin ada sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan terutama ditemukan di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tetapi di provinsi Jawa Barat banyak ditemukan Suku Jawa, terutama di Kabupaten Indramayu dan Cirebon yang mayoritas masyarakatnya merupakan orang-orang Jawa yang berbahasa dan berbudaya Jawa. Di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara populasi mereka juga cukup banyak. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Osing dan Tengger.
Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi dan merupakan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan Suku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang.
a. Sistem Kepercayaan/Religi
Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Protestan dan Katholik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.
Masyarakat Jawa percaya bahwa hidup diatur oleh alam, maka ia bersikap nrimo (pasrah). Masyarakat Jawa percaya keberadaan arwah/roh leluhur dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul, demit, dan jin.
Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah diberi doa sebelumnya. Ada empat selamatan di Jawa sebagai berikut:
1) Selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi: hamil tujuh bulan, potong rambut pertama, kematian, dan kelahiran.
2) Selamatan bersih desa, upacara sebelum, dan sesudah panen.
3) Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-bulan besar Islam.
4) Selamatan yang berhubungan acara tertentu. dengan peristiwa khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru.
Jenis selamatan kematian, meliputi: nelung dina (tiga hari), mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu (seribu hari).
b. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis keturunan ayah dan ibu). Dalam sistem kekerabatan masyarakat Jawa, digunakan istilah-istilah sebagai berikut:
1) Ego menyebut orang tua laki-laki adalah bapak/rama.
2) Ego menyebut orang tua perempuan adalah simbok/biyung.
3) Ego menyebut kakak laki-laki adalah kang mas, kakang mas.
4) Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu.
5) Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dhimas, dik, atau le.
6) Ego menyebut adik perempuan adalah ndhuk, denok, atau di.
Dalam masyarakat Jawa, istilah-istilah di atas merupakan tata cara sopan santun pergaulan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila melanggar nasihat orang tua akan sengsara atau disebut kuwalat.
c. Sistem Politik
Desa di Jawa disebut kelurahan yang dikepalai oleh lurah. Dalam pekerjaannya lurah dan pembantu-pembantunya mempunyai tugas pokok memelihara keamanan desa. Pembantu-pembantu lurah, meliputi:
1) carik : pembantu umum/sekretaris desa,
2) sosial : memelihara kesejahteraan penduduk,
3) kaum : mengurusi soal nikah, rujuk, talak, dan kematian.
d. Sistem Ekonomi
Bertani merupakan mata pencaharian utama. Bertani dilakukan di ladang dan sawah. Selain dari pertanian, masyarakat Jawa juga menjalankan usaha sambilan, seperti mencetak batu bata, membatik, tukang kayu, dan menganyam tikar.
e. Sistem Kesenian
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Tetapi pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula.
1) Seni Bangunan
Rumah adat di Jawa Timur disebut rumah Situbondo, sedangkan rumah adat di Jawa Tengah disebut Istana Mangkunegaran. Istana Mangkunegaran merupakan rumah adat Jawa asli.
2) Seni Tari
Tarian-tarian di Jawa beraneka ragam di antaranya sebagai berikut:
a) Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan suasana acara, seperti: khitanan dan perkawinan. Penari tayuban terdiri atas beberapa perempuan.
b) Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya menggunakan topeng.
c) Tari Serimpi adalah tari yang bersifat sakral dengan irama lembut.
d) Tari Gambyong.
e) Tari Bedoyo.
3) Seni Musik
Gamelan merupakan seni musik Jawa yang terkenal. Gamelan terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong, dan kempul.
4) Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan yang terkenal adalah wayang, selain itu juga kethoprak, ludruk, dan kentrung.
Kesenian Suku Osing sangat unik dan banyak mengandung unsur mistik seperti kerabatnya suku bali dan suku tengger. Kesenian utamanya antara lain Gandrung, Patrol, Seblang, Angklung, Tari Barong dan Jedor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar