Minggu, 14 Maret 2010

(2) Hubungan dan Fungsi bahasa, Seni dan Agama/Religi/Kepercayaan

Keberagaman kebudayaan suku-suku bangsa timbul karena berbagai sebab, baik yang berasal dari luar masyarakat (faktor eksternal) maupun dari dalam masyarakat sendiri (faktor internal). Faktor internal adalah pengaruh unsur-unsur kebudayaan universal terhadap keberagaman kebudayaan suku-suku bangsa.
Dari beberapa unsur-unsur kebudayaan universal seperti yang sudah diterangkan di atas, akan kita kaji di antaranya kesenian, bahasa, dan sistem religi.
1. Bahasa
Manusia sebagai suatu bagian dari masyarakat, tidak dapat hidup sendiri. Manusia harus melakukan interaksi dengan manusia lain. Untuk itu diperlukan suatu sarana yang dapat dipakai untuk berinteraksi. Interaksi yang dilakukan untuk menjalin komunikasi tersebut adalah bahasa. Bahasa yang secara alami muncul tidak hanya berasal dari satu sumber masukan bahasa, namun menyerap dan mendapat sumbangan bahasa dari masyarakat lain. Bahasa yang digunakan atas hasil serapan tersebut ditimbulkan karena adanya interaksi yang berkelanjutan dan dalam waktu yang cukup panjang. Dengan interaksi yang intensif dengan banyak individu yang berasal dari banyak suku bangsa, maka ranah kosakata semakin kaya.
Suatu bahasa muncul awalnya berasal dari bahasa lisan. Dalam perkembangannya, setelah tercipta simbol berupa gambar dan kemudian huruf, bahasa ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Dengan demikian suatu bahasa berkembang menjadi dua macam, yaitu bahasa lisan dan tulis. Umumnya bahasa tulis dan lisan sangat berbeda. Bahasa lisan digunakan secara lisan saat komunikasi dengan orang lain dan biasanya dilakukan secara langsung. Namun bahasa tulis, biasanya berupa tulisan dengan menggunakan huruf-huruf tulis. Bahasa lisan dipakai secara tidak langsung.
Suku-suku bangsa di berbagai daerah di Indonesia memiliki bahasa masing-masing sebagai alat komunikasi, antara lain sebagai berikut:
a. Dalam pergaulan antar sesamanya suku bangsa Aceh berbicara dengan bahasa daerahnya sendiri, yaitu bahasa Aceh;
b. Masyarakat Tapanuli dalam pergaulan di antara mereka sendiri berbicara dengan bahasa Batak;
c. Demikian halnya suku bangsa Melayu, Jawa, Betawi, Sunda, Bugis, Makassar, Ambon, Papua dan sebagainya mereka berbicara dengan sesamanya menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Betapa beragamnya suku-suku bangsa di Indonesia, mereka berbicara menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Jika kedapatan ada seseorang dari suku bangsa Jawa berbicara dalam bahasa Jawa di hadapan orang dari suku bangsa Bugis yang sama sekali tidak mengerti bahasa Jawa, tentu saja tidak akan terjadi komunikasi. Oleh karena itu, dalam arena pergaulan antarsuku bangsa digunakan bahasa yang dimengerti oleh semua suku bangsa, yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia sendiri dikembangkan dari bahasa Melayu. Pada waktu itu, bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pergaulan, terutama di pelabuhan-pelabuhan dan tempat-tempat bertemunya orang-orang yang datang dari berbagai daerah. Suku bangsa Jawa yang berdagang ke Sumatra misalnya berbicara dengan rekan dagangnya dalam bahasa Melayu. Demikian pula orang-orang dari suku lain dalam pergaulan antarsuku menggunakan bahasa Melayu. Oleh karena itu, bahasa Melayu merupakan bahasa pergaulan (lingua franca). Berdasarkan kondisi tersebut, maka bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia.
2. Kesenian
Manusia sebagai makhluk yang penuh dengan kreasi, cenderung menciptakan sesuatu yang indah untuk memuaskan batinnya. Manusia menciptakan sesuatu yang indah untuk dapat dinikmati. Kebutuhan tersebut muncul untuk memberi suatu hiburan.
Kebutuhan yang semula hanya memenuhi keinginan batin semata bergeser menjadi komersil. Kebutuhan akan keindahan, dipergunakan menjadi sebuah kegiatan yang menghasilkan uang. Kegiatan berkesenian menjadi suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun demikian, di balik itu semua, manusia suka akan keindahan. Suka akan sesuatu yang membuat hati menjadi nikmat dan nyaman. Kebutuhan itu dipenuhi melalui bentuk kesenian.
Kesenian yang ada pada masa ini di antaranya adalah:
1) seni patung,
2) seni relief,
3) seni lukis dan gambar,
4) seni rias,
5) seni vokal,
6) seni instrumental,
7) seni kesusastraan,
8) seni drama, serta
9) seni tari.
Seni adalah penggunaan kreatif imajinasi manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan. Dalam kebudayaan-kebudayaan lain, seni sering digunakan untuk keperluan yang dianggap penting dan praktis.
Para ahli antropologi telah menemukan bahwa seni mencerminkan nilai-nilai kebudayaan dan perhatian rakyat. Dari hal itu ahli, antropologi dapat mengetahui bagaimana suatu bangsa mengatur negaranya dan mengetahui sejarahnya.
Demikian juga seni musik, patung, dan seni rupa dapat menjadi sarana untuk memahami pandangan dunia seseorang. Adapun melalui studi distribusional, kesenian dapat menjadi gambaran tentang sejarah bangsa.
Di samping menambah kenikmatan dalam hidup sehari-hari, kesenian mempunyai fungsi yang beraneka ragam. Fungsi mitos misalnya menentukan norma untuk perilaku yang teratur, kesenian verbal umumnya meneruskan adat istiadat dan nilai-nilai budaya. Ada juga yang berupa nyanyian, musik, dan lain-lain.
Seni adalah produk jenis perilaku manusia yang khusus, yaitu penggunaan imajinasi kreatif untuk menerangkan, memahami, dan menikmati hidup. Misalnya kita dapat mendengar lagu tentang laut yang monoton demi kepuasan estetis saja. Namun demikian, pada kenyataannya ketika orang menggunakan perahu layar lagu itu memberi semangat dan sangat bermanfaat.
Hubungan antara seni dan aspek-aspek kebudayaan adalah biasa dalam masyarakat di seluruh dunia. Hal itu juga perlu adanya kombinasi khusus yang sama antara lambang yang mewakili bentuk dan ungkapan perasaan yang merupakan imajinasi kreatif. Tanpa adanya permainan-permainan imajinasi kita menjadi bosan, dan dapat mematikan produktivitas.
Oleh karena itu, kesenian bukan suatu kemewahan yang hanya dimiliki dan dinikmati oleh kelompok kecil seniman, namun juga semua orang yang normal dan ikut serta berperan aktif. Dalam kesenian, kita bebas menciptakan pola, alur cerita, ritme yang sesuai dengan pikiran kita.
a. Seni Verbal
Istilah folklore diciptakan pada abad ke-19 untuk menunjukkan dongeng, kepercayaan, dan adat kebiasaan yang tidak tertulis dari kaum tani Eropa sebagai lawan tradisi kaum elit terpelajar. Ahli linguistik dan antropologi lebih suka berbicara tentang tradisi lisan dan seni verbal suatu kebudayaan daripada folklore dan dongeng rakyat.
Kesenian verbal meliputi cerita drama, puisi, peribahasa, bahkan memberi prosedur, pujian dan sebagainya. Hal-hal tersebut mudah dipublikasikan dan memiliki daya tarik populer dari kebudayaan rakyat. Pada umumnya cerita tersebut terbagi menjadi tiga kategori pokok, yaitu mitos, legenda, dan dongeng.
1) Mitos
Mitos atau mite (myth) adalah cerita tentang peristiwa-peristiwa historis yang menerangkan masalah-masalah akhir kehidupan manusia. Mitos adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos tidak boleh disamakan dengan fabel, legenda, cerita rakyat, dongeng, anekdot atau kisah fiksi. Mitos dan agama juga berbeda, namun meliputi beberapa aspek.
Sedangkan mitologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan Dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan. Istilah Mitologi telah dipakai sejak abad 15, dan berati “ilmu yang menjelaskan tentang mitos”. Mitologi Indonesia adalah istilah untuk menyebutkan mitologi di indonesia. Mitologi Indonesia biasanya dipenuhi oleh nilai-nilai dan petuah kehidupan. Oleh karena itu, kebanyakan kisah-kisah Mitologi dapat diambil hikmahnya. Sebagai mitologi, sangatlah umum kalau diceritakan dari mulut ke mulut. Mengenai proses penyampaiannya, sudah pasti akan ada beberapa versi dari satu mitologi.
Pada dasarnya mitos bersifat religius dan masalah yang dibicarakan adalah masalah-masalah pokok kehidupan manusia, antara lain dari mana asal kita, mengapa kita di sini, ke mana tujuan kita, dan sebagainya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan zaman. Menurut Moens-Zoeb, orang jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos tersebut terjadi di Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa.
Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi padi orang Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri adalah putri raja Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah.
Mitologi tentang tokoh-tokoh rakyat di seluruh dunia, seperti cerita Oedipus, Theseus, Romulus, dan Nyikang mengandung unsur-unsur seperti, ibunya seorang perawan; ayahnya seorang raja; terjadi proses perkawinan yang tidak wajar dan lain-lain.
Contoh: mitos suku Fon di Afrika Barat. Pada awal mulanya bintang kelihatan pada malam hari maupun siang hari. Pada suatu hari, bulan mengatakan pada matahari bahwa anak-anak mereka ingin bersinar melebihi mereka, dengan perjanjian mengikat bintang-bintang dalam karung dan melemparnya. Akan tetapi bulan tidak menepati perjanjian itu dan membiarkan anak-anaknya bersinar di malam hari, sejak itulah matahari menjadi musuh bebuyutan bulan yang kemudian dikejar-kejar untuk membalas dendam. Apabila terjadi gerhana, matahari hendak menahan bulan dan orang-orang keluar rumah lalu menabuh gendang agar matahari melepaskannya.
Mitos yang demikian dipercaya, diterima, dan tetap dilestarikan sebagai pandangan hidup bagi rakyat. Mitos merupakan paparan yang menerangkan secara implisit tentang tempat mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk-beluk dunia mereka. Mengkaji tentang mitos merupakan jenis kreativitas manusia yang sangat penting dan juga memberi petunjuk-petunjuk yang berharga.
2) Legenda
Legenda (Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklore.
Menurut Pudentia (1998), legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
Legenda adalah cerita turun temurun dari zaman dahulu yang menceritakan perbuatan-perbuatan pahla-wan, perpindahan penduduk, dan pembentukan adat istiadat lokal. Legenda tidak banyak mengandung masalah, tetapi juga lebih kompleks daripada mitos. Legenda berfungsi untuk menghibur dan memberi pela-jaran serta menambah kebang-gaan seseorang atas keluarga, suku atau bangsanya.
Legenda yang lebih panjang kadang-kadang berbentuk puisi atau prosa yang dikenal dengan nama epik. Legenda dapat mengandung rincian mitologis, khususnya kalau menyinggung keadaan suprana-tural. Oleh karena itu, kadang legenda tidak dapat dibedakan secara jelas dengan mitos. Contoh legenda di tanah air kita ialah, legenda Sangkuriang yang mence-ritakan terjadinya gunung Tangkuban Perahu, legenda batu menangis di Kalimantan, legenda Si Lancang, yang memiliki kemiripan dengan cerita Malin Kundang, legenda candi Roro Jonggrang, dan lain-lain. Di dalam kebudayaan kita, pembunuh, pembual bisa menjadi pahlawan rakyat dan menjadi cerita legenda, seperti cerita Ken Arok.
3) Dongeng
Dongeng, merupakan suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang kemudian di ceritakan secara turun-temurun dari generasi kegenerasi. terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut kedalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan.
Kata dongeng dianggap sekuler murni, dishistoris, dan berupa cerita khayalan. Dongeng-dongeng internasional yang populer adalah tentang si bodoh. Versi-versi tersebut dicatat di Indonesia, India, Timur Tengah, Spanyol, dan Italia.
Dongeng tersebut diklasifikasikan dalam katalog sebagai dongeng yang mengandung situasi cerita atau motif dasar. Setiap versi dongeng mempunyai struktur urutan kejadian yang kadang-kadang disebut sintaksis cerita. Terbukti dalam kebudayaan tertentu orang akan mengategorikan dongeng-dongeng lokal, dongeng hewan, tipu muslihat, hantu, moral, dan sebagainya.
Kisah dongeng sering diangkat menjadi saduran, dari kebanyakan sastrawan dan penerbit lalu dimodifikasi menjadi dongeng ala modern. Salah satu dongeng yang sampai saat ini masih diminati anak-anak ialah kisah 1001 malam, sekarang kisah asli dari dongeng tersebut hanya di ambil sebagin-sebagian, kemudian di modifikasi dan ditambah, bahkan ada yang di diganti sehingga melenceng jauh dari kisah dongeng aslinya. sekarang kisah aslinya seakan telah ditelan oleh usia zaman dan waktu.
Seperti halnya legenda, dongeng sering menggambarkan pemecahan lokal etis yang terdapat secara universal. Makin sering kita mengamati berbagai kesenian secara terpisah makin jelas bahwa kesenian saling berhubungan.
Misalnya: cerita laba-laba, kelinci, kucing sebagai pelaku utama atau Brer Fol (saudara rubah), Uncle Remus (saudara kelinci), dan sebagainya.
b. Seni Musik
Studi seni musik dimulai pada abad ke-19 dengan pengambilan nyanyian-nyanyian rakyat. Dalam perkembangan muncul cabang ilmu khusus, yang disebut etnomusikologi. Etnomusikologi merupakan cabang dari musikologi yang diartikan sebagai “pembelajaran aspek sosial dan budaya terhadap musik dan tarian dalam konteks lokal dan global.”
Dicetuskan oleh Jaap Kunst dari kata Yunani ethnos (bangsa) dan mousike (musik), sering dianggap sebagai antropologi atau etnografi musik. Jeff Todd Titon menyebutnya sebagai pembelajaran mengenai “orang-orang yang membuat musik.” Meskipun sering dianggap sebagai pembelajaran terhadap musik non-Barat, etnomusikologi juga meliputi pembelajaran musik Barat dari sudut pandang antropologi atau sosiologi.
1) Unsur-Unsur Musik
Pada umumnya musik manusia berbeda dengan musik alamiah. Misalnya suara nyanyian burung, srigala, ikan paus, dan sebagainya.
Dalam sistem Barat atau Eropa, jarak antara nada dasar dan nada atas yang pertama disebut oktaf. Oktaf terdiri atas tujuh tingkatan nada, dan diberi nama A sampai G. Meskipun demikian hanya nada atas yang merupakan sebagian dari dasar yang dapat dianggap sebagai gejala alamiah sesungguhnya.
2) Fungsi Musik
Ahli antropologi banyak mendapat manfaat dengan mempelajari fungsi musik dalam masyarakat. Pertama jarang dikatakan bahwa kebudayaan tidak memiliki jenis musik. Bahkan orang-orang Tasaday di Filipina, yaitu sekelompok orang penghuni hutan yang baru-baru ini ditemukan oleh dunia luar, telah menggunakan alat musik semacam harpa bambu yang disebut “kubing”. Semua itu adalah bentuk perilaku sosial yang merupakan contoh komunikasi dan suatu pemerataan perasaan hidup bagi orang lain.
Fungsi musik yang paling jelas terdapat dalam nyanyian. Para peneliti musik dahulu terkesan pentatogis yang kelihatan sederhana. Sebagian besar musik nonbarat dikesampingkan karena musik nonbarat dianggap sebagai musik “primitif” tanpa bentuk, kurang istimewa, dan dianggap sepele.
c. seni Patung
Dalam arti luas seni patung adalah seni tiga dimensi. Setiap bentuk tiga dimensi dapat disebut patung. Misalnya sebuah gapura, monumen atau bangu-nan yang mengandung pokok-pokok artistik yang sama dengan patung, to-peng atau arca.
Seorang seniman telah memberi bentuk nyata terhadap perasaan dan gagasan untuk menciptakan atau mencipta ulang bentuk-bentuk yang lebih bermakna. Dalam arti sempit patung dapat diartikan sebagai hasil karya yang tidak langsung untuk kepentingan tertentu dan dibuat dari bahan keras atau bahan semi permanen.
Kata “seni patung” agaknya berbeda dengan kegiatan kreatif yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Istilah seni patung digantikan dengan istilah “seni plastik”. Barang-barang yang jelas dibuat dengan keterampilan tidak sepenuhnya dianggap sebagai patung karena agak sederhana, tidak permanen, dan ukuran tidak besar. Barang-barang hasil keterampilan disebut sebagai hasil kerajinan.
Sebuah mobil, misalnya sebagus apapun bentuk-nya, dan di manapun penempatannya, mobil merupa-kan benda yang dikagumi dan berfungsi sebagai lambang dari kebudayaan kita.
Adapun yang disebut seni patung atau seni plastik biasanya tidak artistik secara kebetulan, tetapi karena rekayasa seorang seniman, misalnya patung “Daud” dari Michaelangelo adalah patung representatif, tentang suatu kejelekan manusia. Patung itu juga abstrak sejauh patung itu menggeneralisasikan ideal keindahan tubuh laki-laki, kekuatan yang mantap, dan ketenangan emosinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar